Rabu, 20 Juni 2012

13 Alasan Mengapa Kita Harus Berhenti Makan Nasi

Tahukah kamu bahwa subsidi beras Indonesia sudah mencapai angka yang mengkhawatirkan, 13 triliun rupiah sepanjang tahun 2011?
Tahukah kamu bahwa orang Indonesia makan nasi 2 kali lebih banyak (140 kg/tahun) dibanding orang Thailand (70 kg/tahun)?
Tahukah kamu bahwa impor beras Indonesia sangat fantastis mencapai 1,9 ton?
Mengapa orang Indonesia begitu rakus mengkonsumsi nasi?
nasiApakah setiap kali kita makan nasi, kita teringat akan kesejahteraan para petani yang terus-terusaan gagal panen dan menjadi korban dari impor beras pemerintah?
Negara ini memiliki 46 juta petani, apa jadinya kalo kita terus2an defisit beras!
Semua itu karena ketidakpedulian kita dalam mengkonsumsi nasi.
Berapa banyak nasi yang kita konsumsi setiap harinya?
Mari kita mulai menguranginya secara bertahap mulai hari ini juga.
Usahakan untuk makan pagi yang biasa makan nasi diganti dengan sarapan roti + buah,
siang yang makan nasi diganti dengan singkong dan tiwul,
malam nasi bisa diganti dengan kentang atu ubi!
Mulailah untuk beralih ke makanan pokok alternatif seperti singkong, ubi atau kentang!
Mulai hari ini stop makan nasi!
Mengapa?
Berikut 13 alasan yang perlu kamu tahu:
13 Alasan Mengapa Kita Harus Berhenti Makan Nasi
Hasil riset yang baru saja dilakukan membuktikan bahwa makan nasi ternyata tidak baik bagi kita. Buktinya :
  1. NASI MENYEBABKAN KECANDUAN. Responden kami yang tidak makan nasi selama sehari saja akan kelaparan dan merasa sangat ingin makan nasi lagi.
  2. SETENGAH dari seluruh siswa Indonesia yang makan nasi nilainya ada di bawah rata-rata kelas.
  3. Suku-suku pada zaman batu yang tidak pernah makan nasi terbukti TIDAK PERNAH mengidap tumor, Alzheimer, osteoporosis, ataupun Parkinson.
  4. Dokter melarang bayi yang baru lahir untuk makan nasi. Hal ini menjadi bukti bahwa nasi punya dampak BERBAHAYA yang sudah dibuktikan oleh ilmu kedokteran.
  5. Nasi yang kering biasa dimakan oleh ayam. Nah, sekarang anda perlu curiga dari mana FLU BURUNG berasal.
  6. Jumlah pemakan nasi di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pemakan nasi di negara maju. Ini mungkin salah satu penyebab KETERBELAKANGAN pada negara ini.
  7. Di warung-warung, biasanya para buruh makan nasi dalam jumlah lebih banyak daripada kaum eksekutif. Hal ini membuktikan bahwa makan nasi MENURUNKAN kemampuan ekonomi seseorang.
  8. Makan nasi dapat menyebabkan rasa haus alias MENYERAP air. Padahal tubuh kita sebagian besar terdiri dari air.
  9. Dalam kondisi tertentu, makan nasi MENINGKATKAN resiko kematian. Misalnya makan nasi sambil jalan di tengah jalan tol.
  10. Pengidap DIABETES lebih dianjurkan makan kentang daripada nasi. Berarti nasi kurang baik bagi KESEHATAN.
  11. Makan nasi menyebabkan keinginan mengkonsumsi sayur dan lauk. Misalnya nasi bandeng (nasi + bandeng goreng), nasi kucing (nasi + kucing goreng), dsb. Hal ini bisa menyebabkan OBESITAS.
  12. Nasi DIMASAK dalam suhu lebih dari 100 derajat Celsius. Itu panas yang cukup untuk MEMBUNUH orang.
  13. Orang Yang Suka Makan Nasi Biasanya Mudah kehilangan konsentrasi (tarohan!!  kalau anda pasti tidak tahu jika point no.14 tidak ada).
Stop Impor Beras!
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan bahwa: “Orang Indonesia Paling Rakus di Dunia!”
Ia menyoroti tingginya konsumsi beras di Indonesia yang mencapai 140 kilogram per orang per tahun.
Ia membandingkan konsumsi beras di negara-negara Asia seperti Thailand dan Malaysia yang hanya 70 kg per orang per tahun. Itu berarti orang Indonesia 2 kali makan lebih banyak daripada orang Thailand. Kerja sedikit tapi makan paling banyak!
Hal itu mengakibatkan Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan beras secara swasembada. “Pola konsumsi beras ini yang harus dikurangi. Saya jujur saja sudah mengonsumsi singkong, itu enak dan sehat, tinggal penyajiannya saja,” kata Gita sesuai meninjau Pasar Sinpasa di kompleks Summarecon Mall Serpong, Tangerang.
Beliau juga mengimbau agar penduduk mengurangi konsumsi beras 50% setiap kali makan.
Hal ini dilakukan agar permintaan terhadap beras menurun sehingga tidak terjadi tekanan harga. Menjelang Natal dan tahun baru, harga beras di sejumlah daerah mulai merangkak naik.
Gita mengatakan, tingginya harga beras ini disebabkan antara lain oleh tidak seimbangnya jumlah permintaan dan pasokan.
Jumlah yang disebutkan oleh Gita itu sama dengan ramalan pertama dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai produksi beras tahun ini. BPS kemudian mengoreksinya pada ramalan kedua. Produksi padi 2011, menurut angka ramalan II BPS, sebanyak 68,06 juta ton gabah kering giling atau di bawah target 70,6 juta ton.
Penghitungan BPS menunjukkan konsumsi beras per kapita 113 kg per orang per tahun, lebih rendah daripada sebelumnya, 139 kg. Dengan begitu, total konsumsi 27 juta ton beras.
Gita mengatakan, perbedaan data ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk menyesuaikan jumlah yang sebenarnya. Namun, ia tetap meminta agar konsumsi beras tetap dikurangi agar Indonesia terbebas dari impor beras. “Kalau kita bisa kurangi 40 kg per orang saja, kita bisa menjadi eksportir beras terbesar di dunia,” ujarnya.
Gita menyarankan agar penduduk mulai mengubah pola makan dan mengganti beras dengan bahan pangan lain seperti singkong. Untuk itu pemerintah akan mengkaji peralihan ini termasuk diversifikasi pangan dan ketersediaan lahan untuk tanaman pengganti beras. Ini tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat dan memerlukan kerja sama antarkementerian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar